Sunday 22 April 2018

TAKDIR ALLAH YANG ILMIAH


     Ketika berbicara tentang TAKDIR maka ketika itu juga kita berbicara tentang suatu ketetapan diluar kemampuan kita yang berjalan secara normal nan alami disekitaran kita. Betapa banyak peristiwa-peristiwa alam disekitaran kita yang terjadi setiap harinya dan bisa dipastikan semua bejalan konstan secara teratur dan tersistematis. Mungkin selama ini kita belum pernah melihat matahari terbit dari barat, air mengalir dari bawah ke atas, dan api yang tidak lagi bersifat panas melainkan bersifat membekukan. Kalau tidak adanya ketentuan (takdir) Allah mungkin hal hal diatas bisa saja terjadi. 

  Banyak orang mempertanyakan tentang TAKDIR bahkan dikalangan cendekiawan menjadikannya sebuah perdebatan hingga saat ini masih belum menemukan titik temu antara mempertahankan pendapat bahwa TAKDIR mutlak ketetapan ALLAH semata dan yang lain mengatakan bahwa TAKDIR bukanlah ketetapan ALLAH melainkan ketetapan MANUSIA yang memiliki kemerdekaan dalam menentukan sebuah pilihan. 

     Katanya ke-ADIL-an tuhan, terletak pada pemberian kemerdekaan kepada manusia dalam memilih jalan hidupnya. Allah tidak ADIL jika seseorang sudah berusaha mati-matian untuk kaya namun takdir berkata lain. Kalau takdir itu mutlak ketetapan tuhan terhadap manusianya, maka tidak usahlah kita mencari rizki dan tidak usah pula kita menjaga kesehatan kita, tohh semua sudah ada takdirnya dari sang pencipta. Begitu kira-kira pandangan sebagian kaum cendekiawan. 

      Kemudian kelompok yang satunya lagi mempertahankan pendapatnya tentang TAKDIR yaitu takdir mutlak sebuah ketetapan Allah dan tidak ada yang bisa merubahnya ataupun lari dari takdir tersebut. Tidak ada daun yang gugur sekalipun tanpa ada sebuah catatan sebelumnya dari Allah SWT. Takdir merupakan sebuah rahasia untuk kita, jadi walaupun kita beranggapan manusia itu merdeka, bebas menentukan pilihannya namun sesungguhnya itu tidak luput sudah tercatat sebelumnya dicatatan (takdir) tuhan. Begitulah kira-kira perdebatan tentang TAKDIR antara kelompok mu’tazilah dan kelompok jabariah dahulu. Dan masih terjadi pertahanan pendapat antara keduanya hingga saat ini. 

     Perbedaan kedua kelompok diatas sebetulnya terletak pada takdir Allah yang mutlak atau tidak bisa dirubah oleh manusia dan takdir Allah yang bisa berubah-ubah sesuai ikhtiar manusia. Kedua kelompok diatas merupakan kelompok Islam yang tidak diragukan keluasan ilmu serta pemahaman tentang Alquran dan hadist. Rujukan ayat-ayat Al-quran-pun sudah mereka jadikan dasar untuk mempertahankan pendapat-pendapat mereka. Karena di Al-quran memang terdapat penjelasan tentang takdir yang sudah menjadi kehendak Allah dan penjelasan tentang takdir allah yang diberikan pada manusia sesuai dengan ikhtiar manusia itu sendiri. 

     Melihat perdebatan diatas saya mengambil kesimpulan bahwasanya TAKDIR tidaklah hanya ketetapan mutlak dari Allah semata yang tidak bisa dirubah oleh manusia, melainkan ada takdir yang bisa dirubah yang berkaitan tentang ikhtiar dari manusia itu sendiri. Diluar ikhtiar maka itulah takdir Allah yang disebut mutlak, sedangkan dalam ikhtiar takdir tidaklah mutlak. Contoh manusia bisa saja menentukan lama dan tidaknya mati dengan cara menjaga kesehatan (ikhtiar) tetapi manusia tidak bisa lari dari kematian itu sendiri karna itu sudah merupakan takdir mutlak dari Allah SWT. 

     Saya membagi TAKDIR menjadi dua, yaitu takdir mutlak yang tidak bisa dirubah dan takdir (ikhtiar) yang bisa dirubah sesuai penjelasan diatas tadi. Saya mengambil analogi yang mampu di ilmiahkan dan tentunya rasional untuk pemahaman mengenai takdir ini. 

     Baiklah, analogi pertama adalah analogi tentang MOBIL. Ada sebuah pabrik yang memproduksi sebuah mobil dengan ketentuan memiliki kecepatan 100 km/jam dan memiki kualitas daya tahan mesin mampu bertahan selama 50 tahun dengan pemakaian normal. Jadi si mobil sudah memiliki takdir oleh sang pabrik yang ditanamkan sebelum dia menjadi utuh menjadi mobil. Dan mustahil si mobil ini mampu merubah takdirnya dari ketetapan sang pabrik tersebut. 

    Mustahil si mobil memaksakan kehendaknya memiliki kecepatan 200 km/jam sementara dia hanyalah mobil berkecepatan 100 km/jam. Dan mustahil juga mobil ingin mengawetkan dirinya selama 100 tahun pemakaian sementara dilihat dari kualitas bahan yang ditanamkan oleh pabrik hanya berkapasitas 50 tahun pemakaian saja. Itulah yang disebut TAKDIR mutlak yang mustahil untuk dirubah. 

    Lantas apakah takdir si mobil tadi hanya sebatas disitu saja? Apakah si mobil tidak mempunyai takdir lain selain yang ditetapkan sang pabrik tersebut? Sini kita ambil analogi lagi. Kita andaikan si mobil tadi dikendarai oleh manusia dan kemudian mulai menjalankan takdir si mobil ini. Manusia tentu saja bisa merubah-rubah takdir si mobil, dengan cara meng-gas kecepatan mobil dari 50 km/jam sampai 100 km/jam. 

   Takdir mobil bisa berubah sesuai ikhtiar manusia. Jika manusia menginjak pedal gas 50,60 atau 70 km/jam maka takdir mobil akan berubah sesuai kehendak manusia tadi itu. Namun yang jadi catatan si manusia tadi tidak bisa merubah atau melewati ketetapan mutlak dari sang pabrik bahwa kecepatan mobil yang tertanam adalah 100 km/jam. Manusia bisa berikhtiar mengendarai mobil dengan kecepatan yang mereka kehendaki namun tidak bisa melewati batas maksimal yang sudah menjadi ketetapan pabrik. 

   Kemudian dari segi umur yang sudah ditetapkan sang pabrik 50 tahun pemakaian, tentunya manusia memiliki kebebasan untuk merubah itu. Dengan cara pemakaian kita yang tidak normal serta perawatan mesin yang kurang menjadi prioritas maka bisa saja umur mobil yang mula-mula berumur 50 tahun akan berkurang drastis menjadi 30 tahun pemakaian saja. Namun sebaliknya jika manusia merawat sepenuh hati dan melakukan servis mesin sesuai jadwal dan anjuran dari pabrik maka umur mobil akan lebih lama, namun tidak akan lewat daripada 50 tahun. Karna ketetapan pabrik sudah memperhitungkan umur sesuai dengan kualitas perawatan maksimal yang dimiliki oleh mobil tersebut. Begitulah kira-kira kombinasi antara Takdir mutlak yang tidak bisa dirubah manusia dan Takdir ikhtiar yang bisa dirubah manusia. 

   Semua takdir adalah datangnya dari Allah, karena seluruh kejadian atau peristiwa alam semesta merupakan ciptaannya dan hukum-hukumnya termasuk hukum kausalitas (sebab-akibat). Walaupun kita manusia memiliki kebebasan dalam memilih namun kita tetap berada pada hukum Allah yaitu hukum sebab-akibat. Jadi sebab-akibat merupakan takdir (ketetapan) dari Allah. Dan bisa dipastikan tidak ada sesuatu apapun yang terjadi di alam semesta melainkan bukan takdir Allah. Namun yang menjadi pembahasan disini adalah takdir Allah yang bersifat mutlak dan takdir Allah yang tidak mutlak (bisa berubah-ubah). 

     Kita ambil analogi lagi tentang sel sperma dan ovum yang menentukan takdir kita baik dan buruk. Secara ilmiah ketika sel sperma dan ovum memiliki kualitas yang baik maka akan menghasilkan janin yang baik juga. Dan ketika janin itu berkualitas baik maka secara ilmiah juga umur, peluang mendapatkan rizki, jodoh dan lain sebagainya akan lebih mudah untuk tercapai dari janin yang tidak sehat atau memiliki kualitas yang tidak baik. 

    Jadi Allah menanamkan takdir mutlaknya ketika sel sperma bertemu dengan ovum yang sesuai kualitasnya masing-masing. Itulah mengapa takdir setiap orang berbeda-beda karena kualitas yang dihasilkan juga berbeda-beda. Kata Allah ADIL-kan tidak harus sama rata. Mengapa takdirmu demikian karna Allah paling tau dengan kondisi fisikmu mengapa engkau ditakdirkan demikian yang sesuai dengan kemampuanmu. 

    Kita ambil contoh sampel A dan sampel B. Sampel A memiki kualitas sperma dan ovum yang sangat baik sehingga dia memiki sebuah takdir yang mempunyai umur 70 tahun, rizki maksimal 1 milyar, jodoh wanita cantik, kaya dan sholihah, serta kemampuan otak atau kualitas otak yang diatas rata-rata. Anggaplah itu takdir mutlak yang diberikan tuhan sesuai dengan kualitas sperma dan ovum yang berkualitas tadi. Sedangkan sampel B tidak memiliki kualitas sebaik sampel A, maka takdir yang ada pada dirinya tidaklah sebaik sampel A. 

     Namun apakah Allah tidak adil membedakan takdir antara si A dan si B? Tentu saja sangat adil karna Allah-kan sudah bilang bahwa dia tidak pernah menguji umat diluar batas kemampuannya. Itu menandakan setiap cobaan dan segala peristiwa yang ditimpakan ke kita tidak lain sudah di ukur oleh Allah SWT seberapa baik dan berkualitasnya kita menerima ujian itu. Ketika si B diberikan takdir yang sama seperti si A maka Allah khawatir si B tidak akan mampu melewati berbagai cobaan untuk menentukan takdirnya. Sebuah mobil truck tidak akan sama takdirnya dengan mobil balap verary. Namun diantara keduanya terdapat perbedaan kelebihan dan kekurangan masing-masing. 

     Tetapi takdir mutlak hanyalah hadiah dari kualitas sel sperma dan ovum kedua orang kita. Di tahap selanjutnya masih ada takdir ikhtiar yang dapat berubah dan tidak sesuai dengan takdir mutlak kita. Ketika kita malas-malasan maka takdir si A bisa saja selama hidupnya tidak bisa mencari rizki sampai 1 milyar. Dan ketika dia tidak menjaga kesehatan dengan baik, bisa saja umurnya tidak bisa mencapai 70 tahun. Kemudian dia tidak memanfaatkan kualitas otaknya dengan baik maka bisa saja dia menjadi orang yang bodoh, dan orang yang bodoh, tidak kaya, tidak shalih, dan cuek tentang jodoh maka jodoh yang sudah jadi takdir mutlaknya tidak akan dia dapatkan, kecuali ikhtiar dilakukannya dengan maksimal. Karna janji Allah jelas bahwa Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali dia sendiri yang merubahnya. 

     Jadi itulah penjelasan sedikit tentang TAKDIR dari sisi ilmiah. Terkadang tidak sedikit dari kita yang masih bingung tentang pengertian TAKDIR ini. Bahkan yang lebih ekstream men-justice Allah kejam dan Allah tidak adil, na’undzubillah. Semoga dengan penjelasan singkat diatas bisa memberikan kita pemahaman yang mendalam tentang takdir Allah SWT. Semoga bermanfaat dan semoga teman-teman bisa meng-amalkan ilmu ini kepada orang lain. Karena insha allah ilmu yang kalian bagi dari sini akan menjadi amalan yang tidak pernah terputus kelak kitika saya telah tiada nanti. Mohon maaf jika ada kesalahan, sekian dan terima kasih.

No comments: