Wednesday 18 July 2018

MENYATUKAN BERBAGAI MAZHAB DALAM ISLAM


Menjamurnya berbagai mazhab atau lebih tepatnya kelompok-kelompok dalam islam sangat berdampak buruk bagi perkembangan umat islam itu sendiri. Seperti yang kita ketahui, ajaran  islam yang sejatinya mengajarkan kemurahan hati, belas kasih, dan perdamaian, telah di kotori para penganut yang fanatik dengan mazhabnya sehingga banyak pertumpahan darah karenanya.
Seiring berjalannya waktu dengan lautan masa yang telah menjadi korban fanatisme mazhab mengakibatkan luka yang amat mendalam sehingga api kebencian terus melahirkan penindasan-penindasan baru yang berseberangan dengan mazhabnya.
Menurut catatan sejarah, permusuhan dan pertumpahan darah antar mazhab yang paling sering dan paling sengit adalah kelompok Syi’ah dan Ahlussunah, dikarenakan kedua kelompok ini memiliki pengikut yang paling banyak. Namun perselisihan dalam tubuh umat islam tidak hanya terbatas pada permusuhan antara Ahlussunah dan Syi’ah saja, tetapi terjadi juga antara Ahlussunah dan Mu’tazilah. Fitnah dan tragedi yang berkaitan dengan pemasalahan Khalqul Quran yang menyatakan bahwa Al-Quran adalah Makhluk tak akan pernah pupus dari ingatan sejarah.
Padahal permusuhan yang disebabkan antar golongan tersebut tidak sedikitpun memberikan manfaat atau maslahat bagi umat islam itu sendiri, melainkan perpecahan dan pertumpahan darah yang membuat islam menjadi agama yang lemah karena keterpecahannya. Situasi seperti inilah yang dimanfaatkan kaum imperialis untuk menghancurkan islam.
Perpecahan dikalangan umat islam menyebabkan lepasnya daerah Andalusia dari kekuasaan khilafah islam. Kehadiran kekuatan kolonial, yang terdiri atas kaum nasrani dan yahudi membuat situasi semakin tidak kondusif. Mereka memanfaatkan dan memperbesar api pertikaian di antara umat islam untuk mencapai tujuan buruk mereka.
Seiring perjalanannya dengan banyaknya berbagai mazhab, satu persatu mulai berguguran dan melebur ke mazhab yang lain yang lebih besar. Mazhab dan sekte yang masih bertahan sampai sekarang di antaranya adalah Ahlussunah, Firqah Syi’ah Zaidiyyah, Syi’ah Itsna ‘Asy’ariyyah, Isma’iliyyah, Ad-Duruz, Alawiyyin, Ibadhiyyah, dan Ahmadiah.
Namun apabila di analisa dengan teliti dengan membuang jauh-jauh fanatisme antar mazhab, maka kita akan menyimpulkan perbedaan khilafiyyah antara Syi’ah Zaidiyyah dengan Syi’ah Imamiyyah tidak terlalu signifikan. Begitu juga dengan khilafiyyah antara Ahlussunah dan Ibadiyyah, semuanya masih bisa dikompromikan.
Figur atau tokoh yang dijadikan panutan dalam aliran berbagai mazhab itupun ternyata memiliki hubungan dan  keterikatan. Abu hanifah yang Sunni adalah murid dari Imam Zaid, tokoh utama Syi’ah Zaidiyyah. Abu hanifah belajar fiqh dan dasar aqidah dari Zaid, smentara Zaid adalah murid Washil bin Atho, pemimpin Mu’tazilah. Oleh karena itu, tak heran jika kita melihat dengan jelas dampak-dampak pemikiran mazhab Mu’tazilah dalam dasar-dasar ajaran Syi’ah Zaidiyyah.
Indah sekali bukan kalau kita melihat, Abu hanifah yang Sunni belajar dari Imam Zaid yang Syi’ah, dan Zaid yang Syi’ah berguru kepada Washil bin Atho yang berpaham Mu’tazilah. Kedekatan antar tokoh semakin kukuh mengingat Imam Malik yang Sunni telah belajar dari Ja’far Ash-shadiq, yang merupakan tokoh sentral Imamiyyah atau Syi’ah Ja’fariyyah. Makanya tak heran jika kita temui banyak kesamaan antara fiqih Imam Malik yang sunni dengan fiqih Ja’far yang Syi’ah. Disisi inilah, Ahlussunah memiliki kedekatan jarak dengan Syi’ah. Selain itu, Imam bukhari, penghimpun hadis terrkemuka, sempat berguru ilmu hadis dari Imran bin Hiththan, ulama Khawarij. Hubungan guru dengan murid inilah yang menjadi ikatan antara Ahlussunah dan Khawarij. Lebih dari itu, Washil bin Atho dan Amr bin Ubaid, dua orang tokoh Mu’tazilah pernah berguru kepada Hasan bashri, ulama besar Ahlussunah dari generasi tabi’in.
Dari sinilah kita mendapatkan suatu interkoneksi antara satu mazhab dengan mazhab yang lainnya melalui antar figur yang banyak di anut oleh mayoritas umat islam. Sebetulnya tidak ada hambatan atau alasan lagi yang dapat diterima untuk tidak dapat menyatukan antara Ibadiyyah dan Syi’ah. Perbedaan yang ada antara kedua mazhab itu adalah hanya berkisaran pada permasalahan khilafah. Ini berarti bahwa kesenjangan tidak jauh berbeda dengan pandangan Ahlussunah dan Syi’ah, hal itu merupakan perbedaan yang tidak mustahil untuk dikompromikan. Karena seperti yang kita ketahui negara terakhir yang berbentuk khilafah yang menggunakan sistem Imamah hanya ada di yaman, itupun telah roboh dan digantikan oleh sistem Demokrasi sejak tahun 1962.
Selanjutnya bagaimana halnya dengan topik pemunculan Imam Mahdi yang diyakini oleh mazhab Imamiyyah, tetapi tidak diyakini oleh mazhab lainnya? Kiranya alasan seperti itu tidak dijadikan sebagai batu sandungan untuk terciptanya persatuan umat islam. Sederhanya begini,  ketika imam itu muncul, barulah kita membicarakan untuk bersepakat atau tidak. Sebab, memperselisihkan masalah yang belum ada atau belum tampak merupakan hal yang kontraproduktif. Diposisi yang sama hendaknya para pengikut Syi’ah juga tidak langsung mengkafirkan umat islam lainnya yang tidak mempercayai datangnya Imam Mahdi.
Ketika ada topik lain yang menjadi pembeda, sejatinya itu hanyalah perbedaan dalam menetapkan aturan fiqih, yang dikarenakan mereka mempunyai isi otak dan kondisi lingkungan  yang berbeda-beda sehingga hasil fatwanyapun pasti berbeda-beda pula, namun tidak bertentangan dengan ajaran islam yang haq. Yang jadi catatan penting adalah bahwa setiap masing-masing mazhab pasti berpendirian teguh pada argumennya yaitu dari sumber yang sama, hadis Rasulullah SAW. dan fatwa para sahabat.
Dalam banyak hal, perbedaan itu juga telah terjadi dalam satu mazhab. Abu hanifah contohnya, metodologi fiqihnya justru lebih dekat dengan metodologi Imam Zaid dalam banyak masalah, daripda Imam Syafi’i. Padahal Imam hanafi dan Imam Syafi’i adalah Imam mazhab Ahlussunah. Walaupun demikian, tidak ada seorangpun berakal sehat yang berani menilai bahwa kedua Imam tersebut telah keluar dari jalur Islam dan Ahlussunah.
Kesimpulannya adalah perbedaan yang menyebabkan perpecahan dan pertumpahan darah bagi umat islam adalah kepicikan , dan kefanatikan sebagian orang yang bermazhab tertentu. Oleh karena itu, jika kita menganalisa masih terdapat adanya peluang untuk mendekatkan jarak antara satu mazhab dengan mazhab lainnya, atau mempertemukan dengan mengadakan sebuah dialog dalam rangka mempersatukan dan memperkokoh kembali kekuatan islam.
Salah satu gerakan yang sudah terealisasi adalah oleh Kementerian Waqaf di Mesir yang telah mempelopori upayanya dengan mengadakan normalisasi antara Ahlussunah dan Syi’ah Ja’fariyyah. Kiranya kepeloporan itu bisa diikuti pula oleh pihak-pihak lain untuk memperluas ruang lingkupnya dengan mengadakan normalisasi semua mazhab yang ada yang banyak dianut oleh umat islam.    Sekian.

Tuesday 19 June 2018

Jawaban teori evolusi


1. Seandainya manusia berevolusi dari kera, mengapa masih ada kera? Atau mengapa kera tersebut tidak berevolusi menjadi manusia?

Manusia tidaklah berevolusi dari kera/monyet, melainkan monyet/kera dan manusia sama-sama berevolusi dari nenek moyang yang sama, yang hidup jutaan tahun yang lalu. Begitu juga dengan hewan-hewan dan tumbuhan lainnya, kita semua sama-sama berevolusi dari common ancestor (nenek moyang yang sama). Karena proses evolusi membutuhkan waktu miliaran tahun maka waktu hidup kita yang hanya rata-rata 60 tahun ini terlalu pendek untuk dapat menyaksikan proses ini. Oleh karena itulah ilmuan pergi menggali fosil di seluruh dunia untuk menemukan tulang belulang nenek moyang kita yang sudah punah tersebut. Dari situlah ditemukan bahwa pada lapisan-lapisan bumi yang lebih tua, terdapat fosil-fosil makhluk hidup yang telah punah, terlihat jelas transisi dari makhluk yang lebih sederhana (mikroorganisme) menuju yang lebih kompleks. Misalnya, pada lapisan bumi yang paling awal (cambrian dan pre-cambrian), tidak ada ditemukan fosil-fosil makhluk hidup yang bertulang belakang (vertebrata), fosil-fosil makhluk hidup bertulang belakang ditemukan pada lapisan-lapisan bumi yang lebih muda. Fosil-fosil hewan bertulang belakang pun tidak langsung muncul semua, terdapat tahapan; pada lapisan bumi yang lebih tua, hanya ditemukan fosil-fosil ikan, lalu menuju lapisan bumi yang lebih muda ditemukan fosil reptil, lalu dinosaurus, mamalia, burung, dan kemudian manusia pada lapisan-lapisan bumi yang termuda. Itulah mengapa pakar biologi ada yang mengatakan, “Jika ingin membuktikan teori evolusi itu salah maka temukanlah fosil kelinci pada era cambrian—di mana hanya di temukan fosil invertebrata (Makhluk tak bertulang belakang).”

Jika ada satu saja fosil yang ditemukan pada urutan waktu geologis yang salah maka teori evolusi akan diakui salah. Tapi bukti ilmiah semakin hari semakin mendukung teori evolusi. Catatan fosil selalu membenarkan perubahan bertahap dari simple ke kompleks. Tetapi ini bukan berarti evolusi selalu menunjukkan transisi spesies dari yang paling sederhana menjadi lebih kompleks, dalam beberapa kasus ini dapat terjadi sebaliknya.

2. Banyak gap atau missing link pada catatan fosil.

Faktanya, ada banyak intermediate fosil (fosil makhluk yang mempunyai ciri-ciri transisional), seperti Archaeopteryx, fosil burung tertua yang memiliki kerangka reptil, tapi berbulu khas burung. Therapids, adalah intermediate antara reptil dan mamalia. Tiktaalik, adalah intermediate dari ikan ke amphibi. Dalam evolusi manusia, ada lebih banyak lagi fosil. Mengingat betapa sulitnya sebuah tumbuhan atau hewan untuk terfosilisasi, kepemilikan sekian banyak fosil mereka adalah pencapaian yang luar biasa. Karena hewan/tumbuhan itu harus mati dan terkubur di tanah atau lumpur tertentu, yang kelak akan berubah menjadi batu sedimen, yang akan membentuk replika hewan yang terkubur di dalamnya, itulah fosil. Lapisan batu sedimen ini pun harus mengalami beberapa proses geologis selama jutaan tahun yang akan mengangkatnya dari dasar laut atau tanah sehingga dapat ditemukan oleh para peneliti. Penting untuk dipahami bahwa Meneliti asal muasal makhluk hidup adalah seperti detektif yang datang di tempat kejadian perkara jauh setelah kejadian tersebut selesai, sehingga si Detektif harus mengoleksi sample dan sisa-sisa dari tempat kejadian perkara untuk lalu direkonstruksi modelnya agar mengetahui bagaimana kejadian perkara tersebut dan siapa pelakunya. 

3. Jika Evolusi terjadi secara gradual selama jutaan tahun, mengapa fosil tidak menunjukkan perubahan yang gradual (bertahap)?

Justru fosil menunjukkan perubahan yang gradual, yaitu dari fosil hewan-hewan bersel satu dan mikroba pada lapisan bumi atau fosil tertua, menuju hewan-hewan bersel banyak yang lebih kompleks pada lapisan yang lebih muda. Contohnya adalah fosil Stromatolites, algae bersel satu yang berumur 3,5 miliar tahun, yang merupakan bukti fosil tertua makhluk hidup di bumi. Fosil-fosil selanjutnya adalah hewan-hewan yang multi sel, seperti fosil cnidaria dan cambria. Dari hewan bersel satu, bersel banyak, invertebrata, lalu vertebrata. Lapisan bumi menunjukkan dengan jelas perubahan spesies secara bertahap. Masing-masing lapisan bumi memilliki umur yang berbeda, yang paling tua 4,5 miliar tahun dan selama itulah proses evolusi diperlukan untuk mencapai kompleksitas makhluk hidup seperti yang kita saksikan sekarang ini. Pemeriksaan umur fosil dan lapisan bumi menggunakan metode radioactive dating, yaitu dengan memeriksa sisa atom yang memuai menjadi atom lain dalam kurun waktu tertentu, misalnya atom Uranium 238 memakan waktu 4,5 miliar tahun untuk memuai setengahnya menjadi atom Lead 206. Dan banyak lagi atom-atom lain dengan durasi pemuaian yang lebih pendek yang digunakan menjadi tolak ukur.

4. Tidak ada yang pernah menyaksikan evolusi terjadi.

Evolusi terjadi dalam kurun waktu miliaran tahun, jadi kita tidak mungkin bisa menyaksikan secara langsung. Itulah mengapa kita mencari petunjuk dari catatan fosil, dengan menggali untuk mencari tulang-belulang nenek moyang kita yang sudah meninggal jutaan tahun yang lalu. Teori Evolusi juga didukung oleh banyak bukti dari berbagai cabang disiplin ilmu pengetahuan. Data dari geology, paleontology, botany, zoology, biogeography, comparative anatomy and physiology, genetics, molecular biology, developmental biology, embryology, population genetics, genome sequencing, dan banyak lagi yang semua menjurus kepada satu kesimpulan, yaitu makhluk hidup berevolusi. Bahkan, kita bisa mengobservasi langsung evolusi makhluk hidup yang memiliki siklus reproduksi yang pendek, seperti virus dan bakteri (Micro-evolution). Pengetahuan tentang evolusi virus dan bakteri ini sangat penting bagi penelitian medis. Melalui evolutionary medicine inilah para peneliti menemukan obat/vaksin untuk SARS, Flu Burung, dan bermanfaat dalam upaya penelitian obat bagi HIV.

5. Sains mengklaim bahwa evolusi terjadi akibat kebetulan yang acak (random chance).

Evolusi terjadi akibat Seleksi Alam dan Mutasi Genetik. Ini adalah proses bertahap yang tidak acak di mana makhluk hidup menjadi dominan atau langka dan punah, sebagai akibat reproduksi diferensial dan perubahan lingkungan (Habitat, Iklim, Predator dan Makanan), di mana jika proses ini berlangsung terus dalam kurun waktu yang lama, satu spesies bisa terpecah menjadi dua spesies yang berbeda.

6. Hanya Perancang Cerdas (Intelligent Designer) yang dapat membuat organ rumit seperti mata.

Mata manusia dan hewan-hewan lain memiliki kemiripan, sama-sama terdiri dari crystallins (pengarah cahaya yang mengenai mata) dan opsins (penangkap cahaya yang di arahkan/di saring crystalins, untuk lalu di lanjutkan ke sel saraf). Keberagaman sensitifitas dan jenis mata pada organisme juga mengindikasikan adanya perubahan bertahap pada organ mata. Berawal dari sel yang sensitif terhadap cahaya lalu secara bertahap berevolusi menjadi mata yang lebih kompleks.

7. Evolusi hanyalah sebuah teori.

Tentu saja, tapi teori dalam sains adalah cara kita memahami alam semesta secara rasional. Berdasarkan bukti yang dapat kita observasi. Karena catatan fosil dan disiplin keilmuan saintifik lainnya menuntun kita kepada teori evolusi maka itulah kesimpulan yang dicapai para ilmuan. 

8. Bukti fosil evolusi manusia itu palsu.

Fosil palsu (hoax) itu hanya terjadi pada penemuan fosil piltdown (Eoanthropus dawson), adalah sebuah penipuan yang dilakukan oleh Charles Dawson dan/atau orang-orang lainnya terhadap para paleontologis dari November 1912 hingga terbongkar pada tahun 1953. Dawson mengklaim bahwa dia telah menemukan sebuah tengkorak hominid di daerah penggalian Piltdown, dekat Uckfield di Sussex, Inggris. Sisanya adalah kesalahan dari pihak penemu yang mempublikasikan berita sebelum benar-benar mendapatkan keterangan pasti di mana sesungguhnya fosil tersebut digolongkan ke dalam fosil Nebraska man, Archaeoraptor, Bathybius, dan Eozoon. Kesalahan-kesalahan ini juga telah diklarifikasi oleh para ilmuan evolusionis sendiri. Sebagaimana yang kita ketahui, manusia bisa saja melakukan pemalsuan dan kebohongan demi kepentingan pribadi. Dan ini juga bisa terjadi di dalam komunitas sains, tetapi karena sifat terbuka dan kritis di dalam sains, semua teori dan eksperimen harus bisa di crosscheck oleh semua pihak untuk memperoleh pengakuan dan keabsahan. Karena inilah kita melihat perubahan dan perkembangan yang senantiasa terjadi di dunia sains.

9. Hukum kedua termodinamika membuktikan bahwa proses evolusi tidak mungkin terjadi.

Hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa sistem yang tertutup akan mengalami entropi (perubahan dari keteraturan menjadi ketidak teraturan), tetapi bumi bukanlah closed system, sinar matahari selalu memberikan energi dan banyak kejadian yang unpredictable pada awal terbentuknya bumi, seperti tabrakan meteorit, asteroid, komet, dll. yang membawa material substansi asing ke permukaan bumi.

10. Evolusi tidak bisa menjelaskan darimana datangnya moralitas (sense of right and wrong).

Justru cara terbaik menjelaskan perilaku manusia adalah melalui studi perilaku manusia, yang terkadang bisa sangat baik dan sangat kejam, seperti dalam cabang ilmu psikologi. Manusia terkadang egois, terkadang pula altruistik. Di balik semua fenomena tingkah laku manusia tentu saja ada penyebab natural yang dapat kita pelajari. Pada umumnya moralitas manusia sangat berhubungan erat dengan kepentingan pribadi dan kelompoknya. Misalnya manusia berprilaku baik, agar mendapat respect dan tempat yang nyaman di masyarakat, juga menguntungkan dalam mendapatkan pasangan. Sebaliknya, manusia berbuat jahat bukan karena dia adalah setan, karena sejahat-jahat manusia, dia pasti berbuat baik kepada keluarga, atau orang terdekat dan juga dirinya sendiri. Biasanya, yang menyebabkan orang berbuat kriminal adalah karena tekanan ekonomi dan psikologis. Oleh karena itu, setiap orang memiliki potensi yang sama untuk berbuat jahat dan baik, terlepas dari latar belakang filosofi dan agama orang tersebut.

Referensi:

1. John Rennie, 2002. 15 Answers to Creationist Nonsense. Scientific American

2. Skeptics Society, 2002. Top 10 Myths About Evolution (And How We Know It Really Happened).

3. Jerry A Coyne, 2009. Why Evolution is True. Oxford University Press.

4. Donald R. Prothero, 2007. Evolution: What the Fossils Say and Why it Matters. Columbia University Press.

5. Richard Dawkins, 2009. The Greatest Show on Earth: The Evidence for Evolution. Free Press.

6. Richard Dawkins, 2011. The Magic of Reality: How We Know What’s Really True. Free Press.

7. Evolutionary Medicine. Carl Zimmer. From The Tangled Bank: An Introduction to Evolution. Roberts and Company Publishers, Inc.

8. Wikipedia articles on Evolution.

9. Fake fossils. http://evolutionwiki.org/wiki/Fake_Fossils

Sunday 22 April 2018

TAKDIR ALLAH YANG ILMIAH


     Ketika berbicara tentang TAKDIR maka ketika itu juga kita berbicara tentang suatu ketetapan diluar kemampuan kita yang berjalan secara normal nan alami disekitaran kita. Betapa banyak peristiwa-peristiwa alam disekitaran kita yang terjadi setiap harinya dan bisa dipastikan semua bejalan konstan secara teratur dan tersistematis. Mungkin selama ini kita belum pernah melihat matahari terbit dari barat, air mengalir dari bawah ke atas, dan api yang tidak lagi bersifat panas melainkan bersifat membekukan. Kalau tidak adanya ketentuan (takdir) Allah mungkin hal hal diatas bisa saja terjadi. 

  Banyak orang mempertanyakan tentang TAKDIR bahkan dikalangan cendekiawan menjadikannya sebuah perdebatan hingga saat ini masih belum menemukan titik temu antara mempertahankan pendapat bahwa TAKDIR mutlak ketetapan ALLAH semata dan yang lain mengatakan bahwa TAKDIR bukanlah ketetapan ALLAH melainkan ketetapan MANUSIA yang memiliki kemerdekaan dalam menentukan sebuah pilihan. 

     Katanya ke-ADIL-an tuhan, terletak pada pemberian kemerdekaan kepada manusia dalam memilih jalan hidupnya. Allah tidak ADIL jika seseorang sudah berusaha mati-matian untuk kaya namun takdir berkata lain. Kalau takdir itu mutlak ketetapan tuhan terhadap manusianya, maka tidak usahlah kita mencari rizki dan tidak usah pula kita menjaga kesehatan kita, tohh semua sudah ada takdirnya dari sang pencipta. Begitu kira-kira pandangan sebagian kaum cendekiawan. 

      Kemudian kelompok yang satunya lagi mempertahankan pendapatnya tentang TAKDIR yaitu takdir mutlak sebuah ketetapan Allah dan tidak ada yang bisa merubahnya ataupun lari dari takdir tersebut. Tidak ada daun yang gugur sekalipun tanpa ada sebuah catatan sebelumnya dari Allah SWT. Takdir merupakan sebuah rahasia untuk kita, jadi walaupun kita beranggapan manusia itu merdeka, bebas menentukan pilihannya namun sesungguhnya itu tidak luput sudah tercatat sebelumnya dicatatan (takdir) tuhan. Begitulah kira-kira perdebatan tentang TAKDIR antara kelompok mu’tazilah dan kelompok jabariah dahulu. Dan masih terjadi pertahanan pendapat antara keduanya hingga saat ini. 

     Perbedaan kedua kelompok diatas sebetulnya terletak pada takdir Allah yang mutlak atau tidak bisa dirubah oleh manusia dan takdir Allah yang bisa berubah-ubah sesuai ikhtiar manusia. Kedua kelompok diatas merupakan kelompok Islam yang tidak diragukan keluasan ilmu serta pemahaman tentang Alquran dan hadist. Rujukan ayat-ayat Al-quran-pun sudah mereka jadikan dasar untuk mempertahankan pendapat-pendapat mereka. Karena di Al-quran memang terdapat penjelasan tentang takdir yang sudah menjadi kehendak Allah dan penjelasan tentang takdir allah yang diberikan pada manusia sesuai dengan ikhtiar manusia itu sendiri. 

     Melihat perdebatan diatas saya mengambil kesimpulan bahwasanya TAKDIR tidaklah hanya ketetapan mutlak dari Allah semata yang tidak bisa dirubah oleh manusia, melainkan ada takdir yang bisa dirubah yang berkaitan tentang ikhtiar dari manusia itu sendiri. Diluar ikhtiar maka itulah takdir Allah yang disebut mutlak, sedangkan dalam ikhtiar takdir tidaklah mutlak. Contoh manusia bisa saja menentukan lama dan tidaknya mati dengan cara menjaga kesehatan (ikhtiar) tetapi manusia tidak bisa lari dari kematian itu sendiri karna itu sudah merupakan takdir mutlak dari Allah SWT. 

     Saya membagi TAKDIR menjadi dua, yaitu takdir mutlak yang tidak bisa dirubah dan takdir (ikhtiar) yang bisa dirubah sesuai penjelasan diatas tadi. Saya mengambil analogi yang mampu di ilmiahkan dan tentunya rasional untuk pemahaman mengenai takdir ini. 

     Baiklah, analogi pertama adalah analogi tentang MOBIL. Ada sebuah pabrik yang memproduksi sebuah mobil dengan ketentuan memiliki kecepatan 100 km/jam dan memiki kualitas daya tahan mesin mampu bertahan selama 50 tahun dengan pemakaian normal. Jadi si mobil sudah memiliki takdir oleh sang pabrik yang ditanamkan sebelum dia menjadi utuh menjadi mobil. Dan mustahil si mobil ini mampu merubah takdirnya dari ketetapan sang pabrik tersebut. 

    Mustahil si mobil memaksakan kehendaknya memiliki kecepatan 200 km/jam sementara dia hanyalah mobil berkecepatan 100 km/jam. Dan mustahil juga mobil ingin mengawetkan dirinya selama 100 tahun pemakaian sementara dilihat dari kualitas bahan yang ditanamkan oleh pabrik hanya berkapasitas 50 tahun pemakaian saja. Itulah yang disebut TAKDIR mutlak yang mustahil untuk dirubah. 

    Lantas apakah takdir si mobil tadi hanya sebatas disitu saja? Apakah si mobil tidak mempunyai takdir lain selain yang ditetapkan sang pabrik tersebut? Sini kita ambil analogi lagi. Kita andaikan si mobil tadi dikendarai oleh manusia dan kemudian mulai menjalankan takdir si mobil ini. Manusia tentu saja bisa merubah-rubah takdir si mobil, dengan cara meng-gas kecepatan mobil dari 50 km/jam sampai 100 km/jam. 

   Takdir mobil bisa berubah sesuai ikhtiar manusia. Jika manusia menginjak pedal gas 50,60 atau 70 km/jam maka takdir mobil akan berubah sesuai kehendak manusia tadi itu. Namun yang jadi catatan si manusia tadi tidak bisa merubah atau melewati ketetapan mutlak dari sang pabrik bahwa kecepatan mobil yang tertanam adalah 100 km/jam. Manusia bisa berikhtiar mengendarai mobil dengan kecepatan yang mereka kehendaki namun tidak bisa melewati batas maksimal yang sudah menjadi ketetapan pabrik. 

   Kemudian dari segi umur yang sudah ditetapkan sang pabrik 50 tahun pemakaian, tentunya manusia memiliki kebebasan untuk merubah itu. Dengan cara pemakaian kita yang tidak normal serta perawatan mesin yang kurang menjadi prioritas maka bisa saja umur mobil yang mula-mula berumur 50 tahun akan berkurang drastis menjadi 30 tahun pemakaian saja. Namun sebaliknya jika manusia merawat sepenuh hati dan melakukan servis mesin sesuai jadwal dan anjuran dari pabrik maka umur mobil akan lebih lama, namun tidak akan lewat daripada 50 tahun. Karna ketetapan pabrik sudah memperhitungkan umur sesuai dengan kualitas perawatan maksimal yang dimiliki oleh mobil tersebut. Begitulah kira-kira kombinasi antara Takdir mutlak yang tidak bisa dirubah manusia dan Takdir ikhtiar yang bisa dirubah manusia. 

   Semua takdir adalah datangnya dari Allah, karena seluruh kejadian atau peristiwa alam semesta merupakan ciptaannya dan hukum-hukumnya termasuk hukum kausalitas (sebab-akibat). Walaupun kita manusia memiliki kebebasan dalam memilih namun kita tetap berada pada hukum Allah yaitu hukum sebab-akibat. Jadi sebab-akibat merupakan takdir (ketetapan) dari Allah. Dan bisa dipastikan tidak ada sesuatu apapun yang terjadi di alam semesta melainkan bukan takdir Allah. Namun yang menjadi pembahasan disini adalah takdir Allah yang bersifat mutlak dan takdir Allah yang tidak mutlak (bisa berubah-ubah). 

     Kita ambil analogi lagi tentang sel sperma dan ovum yang menentukan takdir kita baik dan buruk. Secara ilmiah ketika sel sperma dan ovum memiliki kualitas yang baik maka akan menghasilkan janin yang baik juga. Dan ketika janin itu berkualitas baik maka secara ilmiah juga umur, peluang mendapatkan rizki, jodoh dan lain sebagainya akan lebih mudah untuk tercapai dari janin yang tidak sehat atau memiliki kualitas yang tidak baik. 

    Jadi Allah menanamkan takdir mutlaknya ketika sel sperma bertemu dengan ovum yang sesuai kualitasnya masing-masing. Itulah mengapa takdir setiap orang berbeda-beda karena kualitas yang dihasilkan juga berbeda-beda. Kata Allah ADIL-kan tidak harus sama rata. Mengapa takdirmu demikian karna Allah paling tau dengan kondisi fisikmu mengapa engkau ditakdirkan demikian yang sesuai dengan kemampuanmu. 

    Kita ambil contoh sampel A dan sampel B. Sampel A memiki kualitas sperma dan ovum yang sangat baik sehingga dia memiki sebuah takdir yang mempunyai umur 70 tahun, rizki maksimal 1 milyar, jodoh wanita cantik, kaya dan sholihah, serta kemampuan otak atau kualitas otak yang diatas rata-rata. Anggaplah itu takdir mutlak yang diberikan tuhan sesuai dengan kualitas sperma dan ovum yang berkualitas tadi. Sedangkan sampel B tidak memiliki kualitas sebaik sampel A, maka takdir yang ada pada dirinya tidaklah sebaik sampel A. 

     Namun apakah Allah tidak adil membedakan takdir antara si A dan si B? Tentu saja sangat adil karna Allah-kan sudah bilang bahwa dia tidak pernah menguji umat diluar batas kemampuannya. Itu menandakan setiap cobaan dan segala peristiwa yang ditimpakan ke kita tidak lain sudah di ukur oleh Allah SWT seberapa baik dan berkualitasnya kita menerima ujian itu. Ketika si B diberikan takdir yang sama seperti si A maka Allah khawatir si B tidak akan mampu melewati berbagai cobaan untuk menentukan takdirnya. Sebuah mobil truck tidak akan sama takdirnya dengan mobil balap verary. Namun diantara keduanya terdapat perbedaan kelebihan dan kekurangan masing-masing. 

     Tetapi takdir mutlak hanyalah hadiah dari kualitas sel sperma dan ovum kedua orang kita. Di tahap selanjutnya masih ada takdir ikhtiar yang dapat berubah dan tidak sesuai dengan takdir mutlak kita. Ketika kita malas-malasan maka takdir si A bisa saja selama hidupnya tidak bisa mencari rizki sampai 1 milyar. Dan ketika dia tidak menjaga kesehatan dengan baik, bisa saja umurnya tidak bisa mencapai 70 tahun. Kemudian dia tidak memanfaatkan kualitas otaknya dengan baik maka bisa saja dia menjadi orang yang bodoh, dan orang yang bodoh, tidak kaya, tidak shalih, dan cuek tentang jodoh maka jodoh yang sudah jadi takdir mutlaknya tidak akan dia dapatkan, kecuali ikhtiar dilakukannya dengan maksimal. Karna janji Allah jelas bahwa Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali dia sendiri yang merubahnya. 

     Jadi itulah penjelasan sedikit tentang TAKDIR dari sisi ilmiah. Terkadang tidak sedikit dari kita yang masih bingung tentang pengertian TAKDIR ini. Bahkan yang lebih ekstream men-justice Allah kejam dan Allah tidak adil, na’undzubillah. Semoga dengan penjelasan singkat diatas bisa memberikan kita pemahaman yang mendalam tentang takdir Allah SWT. Semoga bermanfaat dan semoga teman-teman bisa meng-amalkan ilmu ini kepada orang lain. Karena insha allah ilmu yang kalian bagi dari sini akan menjadi amalan yang tidak pernah terputus kelak kitika saya telah tiada nanti. Mohon maaf jika ada kesalahan, sekian dan terima kasih.

Saturday 24 March 2018

MENGEMBALIKAN DUALISME HMI (MPO-DIPO)

     


     Perdebatan tentang pecahnya HMI antara MPO-DIPO merupakan perdebatan yang tidak akan ada pangkal ujungnya selama masih ada kepentingan dan keegoisan subjektif dalam menilai sesuatu antara HMI inilah yang penyelamat dan HMI itulah yang benar-benar penyelamat organisasi.

     Saya berpandangan bahwa akar permasalahan yang menyebabkan HMI dan MPO tidak pernah islah adalah masih terbudayakannya ego ego senior yang haus akan jabatan dan kepentingan serta kesempitan berpikir untuk menerima masukan positif yang membangun. Kesepakatan islah secara pandangan sederhana merupakan sesuatu yang sangat mudah dilakukan oleh kedua kubu ini antara HMI dan MPO.

     Islah sangat mungkin menjadi sebuah kenyataan jika para petinggi kedua belah pihak tidak haus akan kekuasaan, tidak haus akan perebutan jabatan siapa yang akan memimpin sebagai ketua PB, dari HMI DIPO kah atau dari MPO. Islah sangat mungkin terjadi jika para petinggi tidak mengegoiskan diri bahwa konstitusi inilah yang paling sesuai dan budaya seperti ini pulalah yang paling relevan untuk HMI.

     Jika kalian masih disempitkan kebodohan seperti itu maka tunggulah HMI membelah menjadi 3 faham dan akan berlanjut sampai ribuan sampai HMI itu sendiri MATI akibat kurus dan lemah kekurangan kader seperhimpunan. 

     Terpecahnya HMI menjadi dua antara HMI dan MPO merupakan keputusan presiden ke 2 (dua) oleh soeharto yang mengkerucutkan asas organisasi menjadi satu asas tunggal yaitu asas pancasila dengan tujuan setiap organisasi lebih memersatu dan tidak adanya indikasi untuk menimbulkan sebuah persaingan ideologi antar organisasi.

     Dengan keputusan presiden tersebut mengakibatkan sebagian tubuh dari HMI menolak keputusan presiden tersebut yang notabenenya pada waktu itu HMI selalu pro dan mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah. Dan memang tidak bisa dipungkiri bahwa di era 80 an tubuh HMI sangat kental dengan nilai nilai keislamannya, berbeda pada era era sebelumnya yang masih fokus pada perjuangan mempertahankan republik indonesia.

     Kebijakan kebijakan pemerintah HMI selalu berada di garda terdepan untuk membelanya, namun berbanding terbalik dengan kebijakan yang memaksakan HMI untuk menggantikan asasnya menjadi asas pancasila dimana nilai nilai keislaman ditubuh HMI pada saat itu lagi matang matangnya.

     Jadi sebuah instrumen yang wajar jika terjadi penolakan di tubuh HMI itu sendiri tentang keputusan presiden untuk menggantikan islam ke pancasila. Namun HMI juga harus sadar bahwa konsekuensi tidak menerimanya asas tunggal tersebut berindikasikan pada pembubabaran HMI itu sendiri.

     Disinilah letak dualisme HMI yang diperhadapkan dua pilihan tersulit yang belum bisa terselesaikan sampai pada saat ini. Terpecahlah HMI menjadi dua dimana sebahagian yang menerima asas tunggal disebut HMI DIPO dan yang menolak disebut sebagai MPO.

     Berpecahnya HMI pada saat itu merupakan fenomena yang wajar dan memang harus sedemikian mengingat kecintaan yang teramat dalam untuk menyelamatkan organisasi HMI. Di satu sisi ingin menyelamatkan HMI dimata pemerintah supaya tidak dibubarkan, di sisi lain ingin menyelamatkan ideologi HMI yang menjadi dasar pergerakan bagi HMI itu sendiri.

     Memilih siapa yang benar, saya pribadi kedua duanya benar untuk itulah HMI harus dualisme supaya tetap terselamatkan kedua duanya antara organisasi dan ideologi. Dan diantara keduanya pun harus saling berterima kasih satu sama lain karena berkat dualisme inilah HMI tetap terjaga dimana berkat HMI DIPO yang menerima asas tunggal telah mengelabui mata pemerintah bahwa ada HMI MPO yang masih dengan keyakinan menerima asas islamnya sehingga MPO tidak menjadi incaran pemerintah untuk dibubarkan.

     Begitupun sebaliknya HMI DIPO pun harus berterima kasih kelpada MPO karena berkat dia lah ideologi HMI masih tetap terjaga. Menurut hemat saya keputusan untuk dualisme pada saat itu merupakan keputusan yang amat sangat bijak untuk mengelabui pemerintah dan menjaga ke independensi an HMI itu sendiri.

     Setelah runtuhnya orde baru kemudian pada tahun 1999 dicabutlah asas tunggal dengan mengembalikan asas organisasi sesuai asasnya masing masing. Seluruh organisasipun berbondong bondong kembali ke asasnya masing masing takterkecuali HMI DIPO pada saat itu.

     Setelah kembalinya HMI ke asas semula menjadi asas islam tentunya menjadi sebuah kabar gembira ditubuh HMI itu sendiri yang berkat persoalan itu sampai sampai sempat membuat HMI dualisme. Kemudian setelah kembalinya asas semula tentunya tidak ada alasan lagi untuk HMI supaya bersatu kembali atau islah.

     Karena alasan konkrit HMI terpecah adalah permasalahan asas (islam dan pancasila), ketika sudah tidak ada lagi permasalahan asas maka seharusnya tidak ada lagi alasan bagi tubuh HMI tidak untuk rujuk kembali.

     Namun seiring perjalanannya, semenjak dualisme HMI telah terjadi perubahan kultur budaya dan perubahan konstitusi pada HMI itu sendiri. Penyebab inilah yang menjadi akar permasalahan sehingga HMI dirasa sangat mustahil untuk bersatu. Wacana islahpun beberapa kali di agendakan oleh petinggi petinggi HMI namun berujung gagal dan gagal lagi.

     Satu saja yang harus dicatat bahwa HMI tidak akan pernah islah jika masih ada kepentingan kekuasaan jabatan didalam tubuh HMI. Jika masih mementingkan si inilah yang harus menjadi pemimpin dan konstitusi inilah yang harus digunakan serta budaya ini jugalah yang harus dibudayakan maka pasti tidak akan menemukan titik temu antara kedua belah pihak, dimana antara kedua pihak pasti mempertahankan kubunya masing masing.

     Kita perlu ingat bahwa seluruh KAHMI (Korps Alumni HMI) yang merupakan senior yang didengar oleh HMI itu sendiri telah menyarankan beberapa kali untuk bersatunya kedua belah pihak ini, seharusnya ini menjadi renungan kita bersama dimana dua mesin jika disatukan maka akan menjadi tenaga yang sangat luar biasa untuk HMI.

     Tentunya untuk menyatukan kembali atau meng islahkan kembali HMI harus membuang jauh jauh keegoisan dan membuka hati dan pikiran untuk menerima masukan masukan yang rasional dari kedua belah pihak, bahwa HMI ini harus berkonstitusi seperti apa dan budaya yang relevan seperti apa? Tentunya untuk menjawab secara objektif dengan dibentuknya sebuah pertemuan tertinggi yang menghadirkan kedua belah pihak dengan jumlah yang sama dan mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk menyatukan kembali HMI sehingga lahirlah sebuah kesepakatan bersama tentang perubahan perubahan konstitusi dan budaya yang harus ada pada HMI dengan campur adukan kedua buah pikirian tersebut. 

     Dari pada tetap mempertahankan keegoisan tidak menjadi soal jika konstitusi dilakukan perubahan dengan penggabungan kedua belah pihak pikirannya untuk membentuk konstitusi baru dan kultur baru.

     Kesimpulannya cukup mudah, selama ada kemauan dari kedua belah pihak untuk mempersatukan kembali maka HMI DIPO dan HMI MPO sekarang pasti sudah ISLAH. Sekian dan terima kasih.